"Pending Coffee", Tren Baru Beramal Lewat Secangkir Kopi

"Pending Coffee", Tren Baru Beramal Lewat Secangkir Kopi

- detikFood
Kamis, 04 Apr 2013 12:07 WIB
Foto: Thinkstock / Funny Junk
Jakarta - Beramal tidak hanya bisa dilakukan dengan memberikan uang dan benda di badan amal. Bisa juga lewat "Suspended Coffee" atau "Pending Coffee". Cukup memesan dan membayar ekstra kopi yang nantinya bisa diberikan untuk orang yang membutuhkan.

Konsep amal ini pertama kali dipopulerkan di kota Napoli, Italia dengan nama "Caffe Suspeso". Tapi, mulai diperhatikan dunia saat sebuah sosial media menceritakan kembali kisah yang terjadi di sebuah kafe kecil di sana.

Dalam sebuah gambar yang diunggah via Facebook, dikatakan dua pengunjung kafe tersebut memesan dan membayar untuk lima kopi, dua dibawa oleh mereka dan tiga lainnya 'pending'. Setelah itu, ada dua orang lagi yang memesan tujuh kopi dan hanya mengambil dua. Tidak beberapa lama, seorang pria miskin masuk ke kafe dan menanyakan "Apakah Anda punya kopi yang pending?".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi pada dasarnya orang-orang beramal untuk kopi bahkan makanan untuk orang lain yang tidak mampu membelinya", kalimat itu menutup penjelasan tentang "Pending Coffee" dan diakhiri dengan gambar orang tua yang sedang menikmati kopi.

Bentuk perbuatan baik yang sederhana ini langsung mengambil hati para masyarakat dunia. Salah satunya di Bulgaria, salah satu negara yang mempunyai tingkat kemiskinan tertinggi di Eropa. Lebih dari 150 kafe di seluruh Bulgaria melakukan inisiatif amal ini. Tidak hanya kafe, beberapa restoran cepat saji dan swalayan juga melakukan amal lewat pembelian roti atau snack.

Selain Bulgaria, negara Inggris juga bergabung dalam tindakan amal ini. Dilaporkan oleh Daily Mail (04/01/2013) sekitar 150 kafe di Inggris seperti Starbucks dan Costa mulai mengajak para pengunjung mengikuti kampanye ini.

“Ini adalah ide yang baik untuk para orang tunawisma, saya pernah berada di situasi dimana saya pengangguran, kedinginan, dan sangat menginginkan secangkir kopi hangat tetapi tidak bisa mampu membelinya,” tutur John Sweeney pembuat komunitas Suspended Coffee di Facebook kepada The Independent (04/04/2013).

(dyh/odi)